My Family

My Family
Palembang, Mei 2013

Rabu, 09 April 2008

Asuhan Keperawatan Gastritis Erosif

oleh: Ns. Lukman,SKep,M.M
 

 

Pengertian

Suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi. Erosif  karena perlukaan hanya pada bagian mukosa. bentuk berat dari gastritis ini adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik. Perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajad dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat.

 

Etiologi

1.Obat analgetik anti inflamasi, terutama aspirin.

2.Bahan-bahan kimia

3.Merokok

4.Alkohol

5.Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat.

6.Refluks usus ke lambung.

7.Endotoksin.

 Patogenesis

Seluruh mekanisme yang menimbulkan gastritis erosif karena keadaan-keadaan klinis yang berat belum diketahui benar. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan rusaknya mukosa lambung adalah : a) kerusakan mukosa barrier sehingga difusi balik ion H+ meninggi, b) perfusi mukosa lambung yang terganggu, c) jumlah asam lambung.

 

Faktor ini saling berhubungan, misalnya stres fisik yang dapat menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul daerah-daerah infark kecil. Di samping itu, sekresi asam lambung juga terpacu. Pada gastritis refluks, gastritis karena bahan kimia, obat, mukosa barrier rusak, menyebabkan difusi balik ion H+ meninggi. Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung akan mempercepat kerusakan mukosa barrier oleh cairan usus.

 Manifestasi Klinis

Gambaran klinis gastritis akut erosif sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan asimptomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Manifestasi tersebut adalah:

1.Muntah darah

2 Nyeri epigastrium

3.Neusa dan rasa ingin vomitus

4.Nyeri tekan yang ringan pada epigastrium

Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan, kecuali mereka yang mengalami perdarahan hebat hingga menimbulkan gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardi sampai gangguan kesadaran.

 

Pemeriksaan Diagnostik

1.Endoskopi, khususnya gastroduodenoskopi. Hasil pemeriksaan akan ditemukan gambaran mukosa sembab, merah, mudah berdarah atau terdapat perdarahan spontan, erosi mukosa yang bervariasi.

2.Histopatologi.

3.Radiologi dengan kontras ganda, meskipun kadang dilakukan tapi tidak begitu memberikan hasil yang memuaskan.

Pengobatan

Pengobatan lebih ditujukan pada pencegahan terhadap setiap apsien yang beresiko tinggi, hal yang dapat dilakukan adalah ;

1.Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.

2.Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.

3.Pemberian obat-obat H+ blocking, antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain.

 

Dahulu sering dilakukan kuras lambung menggunakan air es untuk menghentikan perdarahan saluran cerna atas, tapi tak ada bukti klinis yang menunjukkan bahwa tindakan tersebut memberikan manfaat dalam menghentikan perdarahan saluran cerna atas. 

Proses Keperawatan Gastritis Akut

DiagnosisKeperawatan

1.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, rangsangan muntah sendiri, penyalahgunaan laksantif, dan atau penyimpangan persepsi dengan tubuh.

2.Potensial terhadap kekurangan volume cairan (sekunder) yang berhubungan dengan diet.

3.Gangguan gambaran tubuh yang berhubungan dengan persepsi yang  tidak akurat tentang diri

4.Kebutuhan  koping individu yang berhubungan dengan perasaan hilangk kontrol rasa takut dengan bertambah besar dan/atau respons pribadi terhadap disfungsi keluarga.

5.Ketidakefektifan koping keluarga yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengkomunikasikan dan untuk memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga.

6.Kurang pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan kondisi dan kurangnya keterampilan koping

 

Intervensi/Implementasi Keperawatan

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, rangsangan muntah sendiri, penyalahgunaan laksantif, dan atau penyimpangan persepsi dengan tubuh.

1.Izinkan klien memilih makanan (makanan rendah kalori tidak diperbolehkan)

2.Buat struktur waktu makan dengan batasan waktu (misalnya 40 menit)

3.Hilangkan distraksi (misalnya pembicaraan, menonton televisi) selama waktu makan

4.Sebutkan waktu untuk makan, menghidangkan makanan, dan batas waktu makan; informasikan pada klien bahwa bila makanan tidak dimakan selama waktu yang telah disediakan, akan dibuat penggantian metode pemberian makanan yang lain.

5.Bila makanan tidak dimakan, lakukan pemberian makan melalui selang, NGT sesuai pesanan dalam keadaan seperti ini jangan berikan penawaran pada klien.

6.Lakukan metode pemberian makan pengganti setiap kali klien menolak untuk makan per oral.

7.Jauhkan perhatian selama makan bila klien menolak untuk makan.

8.Jangan biarkan klien "mengemut" makanan.

9.Kurangi perhatian saat makan

 

Terapi Modifikasi Perilaku

1.Klien mencapai peningkatan berat badan setiap hari karena adanya keinginan dari klien.

2.Perpisahan dari keluarga selama beberapa waktu akan sangat membantu.

3. Beralih pada aktivitas yang menyenangkan.

4. Intervensi keperawatan pembatasan bersifat teknis.

5. Isolasi sosial.

6. Komunikasi yang bermanfaat.

7. Berikan penghargaan pada klien hanya bila ia mengalami kenaikan berat  badan.

8. Tindakan konsisten harus dipertahankan.

9. Setiap anggota staf harus mempunyai laporan akhir per shift tentang suatu keputusan

10.Cegah manipulasi staf dengan ceria.

Pencegahan manipulasi staf dengan cerita, melalui membuat dan pertahankan batasan yang ketat, dan diskusikan tentang batasan dan konsekuensinya, bila melanggar batasan tersebut dengan cara yang tidak menghukum, rujuk pada perilaku manipulatif.

11. Ukur berat badan

Ukur BB dengan akurat; a)  timbang klien setiap hari sebelum makan pagi, b) timbang klien hanya dengan gaun, cegah untuk menyembunyikan sesuatu yang berat pada tubuh, c) tetapkan perilaku yang dapat diterima bila mencapai berat badan yang telah ditetapkan, d) dorongan perawatan bertanggung jawab untuk peningkatan berat badan.

 

Kriteria Evaluasi

1. Klien mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan nutrisi.

2. Menerima masukan kalori adekuat untuk mempertahankan berat badan  normal.

3. Mengikuti kembali pola makan yang normal.

 

Potensial terhadap kekurangan volume cairan (sekunder) yang berhubungan dengan diet.

1. Pantau masukan dan haluan; simpan catatan di kantor perawat, dan observasi dengan sesederhana mungkin.

2. Pantau pemberian cairan dengan elektrolit /NPT sesuai pesanan; temani klien ketika mandi untuk mencegah pengosongan cairan intravena.

3. Pantau tanda vital sesuai kebutuhan.

 

Kriteria Evaluasi

1. Klien menunjukkan hidrasi diperlukan secara adekuat.

2. Keseimbangan antara masukan dan haluaran.

 

Gangguan gambaran tubuh yang berhubungan dengan persepsi yang  tidak akurat tentang diri

1. Berikan hubungan positif dan penghargaan pada sesuatu yang dilakukan dengan baik oleh klien.

2. Kembangkan pengalaman yang berhasil

3. Mulailah melakukan dengan tugas-tugas yang mudah.

4. Fokuskan pada hal-hal yang positif.

5. Berikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan pikirannya

6. Anjurkan klien untuk menguraikan tentang gambaran dirinya dan membicarakan perasaan tentang diri.

7. Anjurkan higiene yang baik dan berpakaian

8. Berikan respons secara faktual dan konsisten terhadap pertanyaan klien mengenai diet dan nutrisi

 

Kriteria Evaluasi

1. Klien mengungkapkan pikiran positif tentang diri sendiri.

2. Mulai menerima diri sebagai orang yang kurus

 

Kebutuhan  koping individu yang berhubungan dengan perasaan hilangk kontrol rasa takut dengan bertambah besar dan/atau respons pribadi terhadap disfungsi keluarga.

1. Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan

2. Observasi dan catat respons terhadap stres.

3. Ajukan untuk datang bila stres.

4. Hindarkan menarik perhatian Anda dari ritual atau emosional klien yang behubungan dengan makan, makanan, dan sebagainya.

5.Dukung upaya klien pada penentuan diri, khususnya bila dengan keluarga.

6. Tingkatkan tehnik reduksi stres.

7. Berikan dorongan pada orang terdekat.

 

Kriteria Evaluasi

1. Klien mulai menunjukkan ketrampilan koping positif.

2. Mempertahankan berat badan selama periode stres.

3. Mencapai dukungan dan sumber-sumber yang tepat.

 

Ketidakefektifan koping keluarga yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengkomunikasikan dan untuk memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga

1. Berikan dorongan pada klien dan keluarga untuk mengatakan pikiran, persepsi, dan perasaan.

2. Tunjukkan area yang tidak disetujui oleh klien dan anggota keluarga.

Tentukan persepsi setiap anggota keluarga tentang apa yang telah dikatakan orang lain untuk memberikan penekanan keterampilan mendengar.

Tekankan pada klien dan anggota keluarga tentang pentingnya menggunakan kata "Saya" dan menerima tanggung jawab untuk diri dengan kehadiran anggota keluarga, jasilah penasehat bagi klien dan berupaya menjadi pendukung pada penentuan diri.

3. Arahkan kembali pada kontrol konflik antara klien dan arang tua/orang terdekat terhadap makanan dan terhadap isu-isu yang berhubungan dengan jam malam, aktivitas sekolah, kepuasan kerja, dan, seterusnya.

4. Rujuk keluarga pada perawatan psikiatri yang berkelanjutan.

 

Kriteria Evaluasi

1. Klien mulai mengenal kebutuhan orang lain.

2. Mengidentifikasi area di mana kebutuhan serta harapan tidak terpenuhi.

3. Memberikan respons yang tepat terhadap dukungan yang diberikan.

4. Mencari bantuan bila diperlukan.

 

Kurang pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan kondisi dan kurangnya keterampilan koping

1. Berikan penekanan panduan nutrisi dan bagaimana cara mengatasi diet ketika jauh dari rumah.

2. Diskusikan dengan klien pentingnya pengkajian ulang kebutuhan kalori setiap 2 sampai 4 minggu.

3. Berikan dorongan penggunaan teknik penatalaksanaan stres.

4. Tingkatkan peogram latihan yang teratur.

5. Berikan dorongan kunjungan perawatan tindak lanjut dengan dokter dan konselor.

 

Kriteria Evaluasi

1.Klien mengungkapkan pentingnya perubahan gaya hidup untuk mempertahankan berat badan yang normal.

2.Klien mencari sumber konseling untuk membantu mengadakan perubahan.

3. Klien berusaha mempertahankan berat badan.

 

Sumber :

Smeltzer & Bare (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Doengoes. (2000). Rencana Asuhan Keperawaan, Jakarta: EGC

 

 

 

ASPEK PSIKOSOSIAL IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA DI PUSKESMAS INDERALAYA OGAN ILIR, SUMATERA SELATAN

Nurna Ningsih

 

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedoteran

Universitas Sriwijaya

 

Abstrak

 

Kehamilan adalah saat-saat kritis, saat terjadinya gangguan, perubahan identitas, dan peran bagi setiap orang, kehamilan banyak menimbulkan masa yang penuh krisis. Penelitian ini dilakukan pada ibu hamil primigravida di Puskesmas Inderalaya Ogan Ilir Sumatera Selatan, pada tahun 2007. Desain penelitian adalah deskriptif non eksperimental, dengan pendekatan survey. Populasi berjumlah 40 orang, responden sebanyak 26 orang diambil dengan cara purposive sampling. Data dianalisis secara univariat, menggunakan komputer program SPSS versi 14 dan disajikan dalam bentuk deskriptif eksploratif. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang dibuat berdasarkan teori Pillitteri. Hasil penelitian adalah respon emosional narcisissme  pada  rentang sedang dan tinggi (50%); respon emosional gambaran tubuh dan boundary cukup baik (50%), baik (34,5%) dan sisanya kurang baik; respon emosional stres ibu pada rentang tinggi (46,2%) dan sedang (42,3%); dan respon emosi labil tinggi (53,8%), sedang (30,8%), dan rendah (15,4%). Simpulan, narcisissme ibu pada kehamilan pertama berada pada  rentang sedang dan tinggi  hasil ini berbeda dengan temuan yang dilakukan oleh Utami, Ningsih dan Agustin.. Hasil gambaran tubuh dan boundary  tidak sesuai dengan teori Pillitteri, sebaliknya temuan respon emosional stres ibu, mendukung teori Pillitteri dan pendapat Hamilton, namun berbeda dengan teori Hudono. Temuan respon emosi labil berbeda dengan penelitian yang  dilakukan oleh Utami, Ningsih dan Agustin, namun mendukung teori Pillitteri dan Bobak. Diharapkan aspek psikososial ibu primigravida mendapat perhatian oleh petugas kesehatan. Penyuluhan tentang respon emosional ibu hamil secara keseluruhan dan berkesinambungan harus dilakukan, terutama pada ibu primigravida. Dan perlu dilakukan  penelitian lebih lanjut dalam mengungkap variabel-variabel lain yang mempengaruhi ibu primigravida dalam menghadapi kelahiran anak pertama.

 

 

Kata Kunci: ibu hamil, primigavida, psikososial.

Selasa, 08 April 2008

7 Tanda Penting Kanker & 8 Tips Pencegahan

oleh: Ns. Lukman,SKep,M.M
 

Kanker " kepiting " adalah tumor seluler yang bersifat fatal, sel-sel kanker tidak seperti sel-sel tumor jinak, menunjukkan sifat invasi dan metatstatis, dan sangatlah anaplastik. Kanker dibagi menjadi dua kategori besar yaitu karsinoma dan sarkoma. (Dorland. 1985)

 

Kanker ditinjau dari diagnosa medis sangat bervariasi sekali, diantaranya adalah kanker hati (hepatoma), Kanker Paru, Kanker Serviks, Kanker Payudara, Kanker Kolon, dan banyak lagi lainnya. Kanker kolon dan rektum merupakan tipe paling umum kedua di Amerika Serikat, dengan 150.000 kasus per tahun, sementara banyaknya kasus baru kanker payudara pada tahun 1996 sebanyak 184.000 kasus. (Smeltzer & Bare. 2002)

 

Tidak terkecuali di Indonesia yang merupakan negara berkembang, kanker merupakan vonis mati bagi seseorang. Hingga sekarang kanker serviks di Indonesia masih tinggi angka kejadiannya bila dibanding dengan negara maju  yang cenderung turun akibat deteksi dini dengan Pap Smear.

 

Kanker merupakan momok bagi masyarakat, tidak terkecuali petugas kesehatan, khususnya perawat. Tidak jarang tenaga kesehatan didiagnosa kanker pada tahap terminal, padahal hal tersebut mestinya bisa dihindarkan, sehingga tidak menjadi lanjut yang berakibat kematian.

 

Berikut ini akan diuraikan berbagai tanda kanker, yang sangat bermanfaat untuk mengenali apakah kita dan keluarga sedang menderita tanda-tanda kanker. Dan juga akan diuraikan beberapa cara (tips) pencegahan kanker. Sehingga kita dan keluarga akan terbebas dari kanker, yang sangat mematikan tersebut.

 

Menurut Standhope. M. & Knollmueler. R.N. (1998), ada tujuh tanda-tanda penting daripada kanker, yaitu  :

1.Perubahan akan kebiasaan BAB dan berkemih

2.Rasa sakit yang tidak kunjung hilang

3.Perdarahan atau keluaran yang tidak lazim

4.Penebalan atau pembentukan massa dalam payudara atau tempat lain

5.Salah cerna atau kesulitan menelan

6.Perubahan yang sangat jelas pada kulit atau mole

7.Batuk terus menerus atau serak tenggorokan

 

Untuk menghindari atau mencegah terjadinya kanker tersebut, ada delapan Tip pencegahan kanker menurut Standhope. M. & Knollmueler. R.N. (1998), yaitu :

1.Pilih makanan yang mengandung banyak serat ( buah-buahan, sayur-sayuran, dan roti gandum, serta sereal

2.Pilih makanan yang rendah mengandung lemak

3.Jika anda minum-minuman yang mangndung alkohol, lakukan hal tersebut hanya dalam jumlah sedikit

4.Hindari pemeriksaan sinar –x yang tidak perlu

5.Ketahui dan ikuti peraturan-peraturan kesehatan dan keamanan dari tempat kerja anda

6.Hindari terlalu banyak sinar matahari (terpapar) : kenakan pakaian pelindung

7.Gunakan estrogen sepanjang hanya diperlukan

8.Yang paling penting adalah tidak merokok

 

Ketika kita merawat pasien dengan diagnosa Kanker Paru, hasil pengkajian kita diantaranya adalah pasien mengeluh batuk terus menerus dan kebiasaan merokok 20 batang sehari. Semestinya hal tersebut tidak berlanjut ke tahap terminal, kalau pasien telah mengetahui tanda dan cara pencegahan kanker sejak dini. Semoga uraian diatas bermanfaat bagi kita, keluarga, dan masyarakat. Mari kita kenali tanda-tanda kanker sejak dini dan cegah kanker menjangkiti anda dan orang-orang yang anda sayangi. Good Luck.

 

Sumber Bacaan

Dorland. (1996). Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC

Stanhope. M . & Knollmueler. (1998). Keperawatan Komunitas dan Kesehatan Rumah. Jakarta : EGC

Smeltzer. S.C., & Bare. B.G. (2002).  Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

 

 

 

Manajemen Ngorok

Oleh: Ns. Lukman, SKep,M.M
 

Mungkin anda pernah mendengar bahwa masa honey moon yang mestinya dilewatkan dengan penuh kenangan, tetapi sebaliknya merupakan awal keretakan dari sebuah perkawinan yang dinantikan, hanya karena kebiasaan menarok handuk sembarangan. Anda mungkin juga pernah membaca bahwa gara-gara kebiasaan memencet pasta gigi sembarangan, sebuah rumah tangga menjadi luluh lantak berkeping-keping, lantaran sang istri punya kebiasaan memencet pasta gigi dari ujung (beraturan). Apakah anda juga pernah mendengar atau membaca, ngorok merupakan awal petaka di kebisingan malam, yang mestinya dilewatkan dengan penuh kasih-sayang ?

Di Amerika Serikat diperkirakan 10 - 30% orang dewasa mendengkur, dari jumlah itu, 5% penduduk AS memiliki kebiasaan mendengkur yang keras saat tidur dan itu menandakan ada masalah kesehatan yang serius. Kebanyakan dari 5% penduduk itu berjenis kelamin pria, berusia lebih dari 40 tahun, dan memiliki berat badan berlebih. (Indomedia.Com, 1997)

American Academy  of Otolaryngology (AAO) dalam Republika (2005), menemukan fakta bahwa 45% pria dewasa tidur mendengkur, lebih banyak pria mendengkur dibanding wanita, dan 25% orang dewasa normal berpotensi ngorok kala terlelap. Penyebabnya antara lain karena overweight (kelebihan berat badan) dan kebiasaan ngorok berbanding lurus dengan pertambahnya usia, sehingga ngorok bisa saja menjadi ukuran kualitas tidur seseorang.

Menurut Indomedia.Com.(1997) yang dikemukakan oleh Prof. Hendarto Hendarmin, Sp.THT mendengkur diderita oleh satu dari lima orang dewasa. Penyebab mendengkur bermacam-macam, bisa karena kelainan anatomi hidung (septum deviasi), adanya sumbatan oleh polip, atau alergi yang membuat selaput lendir membengkak sehingga penderita harus bernapas lewat mulut. Mendengkur bisa juga dialami anak-anak, dan biasanya akibat pembesaran amandel dan adenoid yang ada di belakang hidung.

Profesor Christian Poet, dkk mengatakan bahwa, anak-anak yang tidur mendengkur dipastikan mendapat nilai rendah untuk mata pelajaran seperti Matematika dan Bahasa Inggris dibandingkan anak-anak yang tidak mendengkur. (Indomedia.Com, 2002)
               Ngorok bisa dibedakan atas beberapa jenis, yaitu a) ringan, dengan suara halus dan berlangsung terus-menerus. Ini biasanya terjadi pada fase awal tidur dan umumnya merupakan tanda kelelahan, b) keras, terputus-putus, serta diikuti hentakan napas yang dalam. Dengkuran macam inilah yang patut diwaspadai karena gangguan napas jenis ini berisiko merusak organ-organ vital. Yang patut diwaspadai adalah jenis dengkuran keras sampai-sampai terdengar keluar kamar. Dengkuran ini biasanya terputus beberapa saat, kemudian dilanjutkan dengan napas yang terdengar seperti dihentakkan. Kalau terjadi situasi semacam itu, berarti secara periodik orang tersebut berhenti bernapas. Napas yang terhentak merupakan mekanisme pertahanan tubuh terhadap risiko rendahnya kadar O2/CO2 dalam darah. Keadaan ini menyebabkan kualitas tidur tidak memadai dan sering dikeluhkan penderita sebagai insomnia. (Indomedia.Com.,1997)

Para ahli mengatakan dalam sejumlah kasus, mendengkur bisa jadi faktor predispoisi terjadinya kerusakan otak dan kehilangan sebagian memorinya. Melalui serangkaian penelitian, mereka menemukan bahwa gangguan pernafasan yang diikuti dengan dengkuran bisa merusak sebagian sel-sel otak.(Astaga.Com., 2003)

Tetapi tidak jarang ngorok mengganggu patner tidur, bahkan awal perpisahan dari dua sejoli.  Oleh karena itulah, sangat bijak bila berupaya meminimalisasinya. Berikut ini, lima cara dalam mengatasi atau mengurangi  mendengkur tersebut, yaitu :

1. Mengubah posisi tidur

Mendengkur biasanya muncul dari suara getar karena otot belakang tenggorokan saling bersentuhan dengan langit-langit, tekak, lidah, atau tonsil. Dengkuran semakin menggema saat posisi tidur terlentang. Itu karena posisi terlentang membuat lidah tertarik ke belakang  dan aliran udara menyempit.

Oleh karena itulah ngorok terjadi saat tidur terlentang. Maka mengubah posisi tidur terlentang dengan posisi miring, merupakan cara jitu menghindari dengkur.

2. Pertahankan berat ideal

Ngorok sering ditemukan pada orang yang memiliki berat badan (BB) berlebihan. Sehingga upaya yang paling tepat adalah dengan mempertahankan BB. Bagaimana bila terlanjur berbadan besar, menurunkan berat tubuh menjadi sebuah keharusan.

Sedikitnya kurangi 10 % BB untuk mengurangi atau menghilangkan dengkur. Sebab jaringan leher orang yang kelebihan BB, biasanya tebal. Itu yang memungkinkan munculnya resiko mendengkur pada orang yang kelebihan BB.

3. Hindari alkohol dan konsumsi obat penenang

Apapun jenis obat penenang seperti pil tidur atau alkohol dosis rendah dapat menyebabkan ngorok. Bukan karena alkohol dan obat penenang mampu membuat tidur lelap, tapi karena alkohol dan obat penenag cenderung akan menekan pusat pernapasan, sehingga menimbulkan dengkuran.

4. Hirup uap air sebelum tidur

Cara yang lain untuk mengatasi ngorok adalah menghirup dalam-dalam uap air melalui hidung sebelum tidur, sehingga hidung terasa longgar. Hal tersebut diakibatkan oleh tersumbatnya hidung yang menyebabkan dengkuran. Selain dengan menghirup uap air, dapat juga dihindari dengan meletakkan handuk basah air hangat untuk menghilangkan lendir penyebab hidung tersumbat.

5. Gunakan obat nasal

Penelitian membuktikan bahwa obat nasal semprot dapat mengusir penyumbatan pada hidung, sehingga membuat lubang hidung terbuka lebar. Dengan demikian Anda dapat terhindar dari risiko ngorok.

 

Sumber Bacaan

Republika. (2005). Cara menghindari ngorok  (tanggal 12 Juli 2005). Jakarta

Indomedia. Com. (1997). Tidur mendengkur bisa ditanggulangi.

http://www.indomedia.com/intisari/1997/oktober/dengkur.htm. Akses 19 Juli 2005

Indomedia.Com. (2002).Mendengkur akibatkan anak bodoh. http://www. Indomedia.com/sripo/2002/10/11/1110gay3.htm. Akses 19 Juli 2005

Astaga.Com.(2003) Mendengkur dan kerusakan otak.http://www.astaga.com/hidup-gaya/index.php?cat=163&id=72736,

Jumat, 04 April 2008

ASUHAN KEPERAWATAN KULIT ABNORMAL [DERMATOSIS]

 

Oleh:  Ns. Lukman, SKep.,M.M

 

Pendahuluan

Asuhan keperawatan (askep) pada klien gangguan integumen, seperti kusta, skabies, tinea (jamur) umumnya belum ada rencana asuhan keperawatan khusus dan belum banyak ditemukan pada buku ajar. Beberapa askep integumen yang sudah baku dan dapat kita temukan pada beberapa literatur antara lain adalah askep luka baker dan askep psoriasis. Sehingga askep kulit abnormal dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun rencana keperawatan pada klien yang mengalami gangguan integumen, tentunya disesuaikan dengan data yang ditemukan pada pengkajian.

 

Pengkajian

Riwayat kesehatan dan observasi langsungsg memberikan infomasi mengenai persepsi klien terhadap dermatosis, bagaimana kelainan kulit dimulai?, apa pemicu?, apa yang meredakan atau mengurangi gejala?, termasuk masalah fisik/emosional yang dialami klien?. Pengkajian fisik harus dilakukan secara lengkap.

 

Diagnosis Keperawatan

1. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier                

    kulit.

2. Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan lesi kulit.

3.Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.

5. Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat informasi.

 

Masalah Kolaboratif/Komplikasi

Masalah kolaboratif/komplikasi yang dapat terjadi pada klien dermatosis adalah infeksi.

 

Tujuan Intervensi/Implementasi

Tujuan askep dermatosis adalah terpeliharanya integritas kulit, meredakan gangguan rasa nyaman: nyeri, tercapainya tidur yang nyenyak, berkembangnya sikap penerimaan terhadap diri, diperolehnya pengetahuan tentang perawatan kulit  dan  tidak adanya komplikasi.

 

Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit.

1. Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi (hidrasi stratum korneum yg

    berlebihan) ketika memasang balutan basah.

    Rasional: Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit dan

    perluasan kelainan primer.

2. Hilangkan kelembaban dari kulit dengan penutupan dan menghindari friksi.

    Rasional: Friksi dan maserasi memainkan peranan yang penting dalam proses

    terjadinya sebagian penyakit kulit.

3. Jaga agar terhindar dari cidera termal akibat penggunaan kompres hangat dengan

    suhu terllalu tinggi & akibat cedera panas yg tidak terasa (bantalan pemanas,

    radiator).

    Rasional: Penderita dermatosis dapat mengalami penurunan sensitivitas terhadap

    panas.

4. Nasihati klien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.

    Rasional: Banyak masalah kosmetik pada hakekatnya semua kelainan malignitas

    kulit dapat dikaitkan dengan kerusakan kulit kronik.

 

Kriteria keberhasilan implementasi.

1. Mempertahakan integritas kulit.

2. Tidak ada maserasi.

3. Tidak ada tanda-tanda cidera termal.

4. Tidak ada infeksi.

5. Memberikan obat topikal yang diprogramkan.

6. Menggunakan obat yang diresepkan sesuai jadual.

 

Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan lesi kulit.

1. Temukan penyebab nyeri/gatal

     Rasional:  Membantu mengidentifikasi tindakan yang tepat untuk memberikan

     kenyamanan.

2. Catat hasil observasi secara rinci.

    Rasional: Deskripsi yang akurat tentang erupsi kulit diperlukan untuk diagnosis

    dan  pengobatan.

3. Antisipasi reaksi alergi  (dapatkan riwayat obat).

    Rasional: Ruam menyeluruh terutama dengan awaitan yang mendadak dapat

    menunjukkan reaksi alergi obat.

4. Pertahankan kelembaban (+/- 60%), gunakan alat pelembab.

    Rasional: Kelembaban yang rendah, kulit akan kehilangan air.

5. Pertahankan lingkungan dingin.

    Rasional: Kesejukan mengurangi gatal.

6. Gunakan sabun ringan (dove)/sabun yang dibuat untuk kulit yang sensitif

    Rasional: Upaya ini mencakup tidak adanya detergen, zat pewarna.

7. Lepaskan kelebihan pakaian/peralatan  di tempat tidur

    Rasional: Meningkatkan lingkungan yang sejuk.

8. Cuci linen tempat tidur dan pakaian dengan sabun.

    Rasional: Sabun yang "keras" dapat menimbulkan iritasi.

9. Hentikan pemajanan berulang terhadap detergen, pembersih dan pelarut.

    Rasional: Setiap subtansi yang menghilangkan air, lipid, protein dari epidermis

    akan mengubah fungsi barier kulit

10. Kompres hangat/dingin.

      Rasional: Pengisatan air yang bertahap dari kasa akan menyejukkan kulit dan

      meredakan pruritus.

11. Mengatasi kekeringan (serosis).

      Rasional: Kulit yang kering meimbulkan dermatitis: redish, gatal.lepuh, eksudat.

12. Mengoleskan lotion dan krim kulit segera setelah mandi.

      Rasional: Hidrasi yang cukup pada stratum korneum mencegah gangguan lapisan

      barier kulit.

13. Menjaga agar kuku selalu terpangkas (pendek).

      Rasional: Mengurangi kerusakan kulit akibat garukan

14. Menggunakan terapi  topikal.

      Rasional: Membantu meredakan gejala.

15. Membantu klien menerima terapi yang lama.

      Rasional: Koping biasanya meningkatkan kenyamanan.

16. Nasihati klien untuk menghindari pemakaian salep /lotion yang dibeli tanpa resep

      Dokter.

      Rasional: Masalah klien dapat disebabkan oleh  iritasi/sensitif karena pengobatan

      sendiri

 

Kriteria keberhasilan implementasi.

1. Mencapai peredaan gangguan rasa nyaman: nyeri/gatal.

2. Mengutarakan dengan kata-kata bahwa gatal telah reda.

3. Memperllihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi  kulit karena garukan.

4. Mematuhi terapi yang diprogramkan.

5. Pertahankan keadekuatan hidrasi dan lubrikasi kulit.

6. Menunjukkan kulit utuh dan penampilan kulit yang sehat .

 

Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.

1. Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan

    kelembaban yang baik.

    Rasional: Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang nyaman

    meningkatkan relaksasi.

2. Menjaga agar kulit selalu lembab.

    Rasional: Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal

    biasanya tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.

3. Mandi hanya diperlukan, gunakan sabun lembut, oleskan krim setelah mandi.

    Rasional: memelihara kelembaban kulit

4. Menjaga jadual tidur yg teratur.

5. Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur.

    Rasional: kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi.

6. Melaksanakan gerak badan secara teratur.

    Rasional:  memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan di sore hari.

7. Mengerjakan hal ritual menjelang tidur.

    Rasional: Memudahkan peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan tertidur.

 

Kriteria Keberhasilan Implementasi

1. Mencapai tidur yang nyenyak.

2. Melaporkan gatal mereda.

3. Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.

4. Menghindari konsumsi kafein.

5. Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.

6. Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan.

 

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.

1. Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan

    diri sendiri.

    Rasional: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang

    tampak nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap

    konsep diri.

2. Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.

    Rasional: Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi

    serta pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya.

3. Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.

    Rasional:  klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami.

4. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas

    mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.

    Rasional: Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan kecemasan

    yang tidak perlu  terjadi dan memulihkan realitas situasi, ketakutan merusak

    adaptasi klien .

5. Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan.

    Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.

6. Mendorong sosialisasi dengan orang lain.

    Rasional:  membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.

 

Kriteria Keberhasilan Implementasi

1. Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.

2. Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.

3. Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.

4. Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.

5. Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.

6. Tampak tidak meprihatinkan kondisi.

7. Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan teknik untuk

    meningkatkan penampilan

 

Kurang pengetahuan tentang program terapi

1. Kaji apakah klien memahami dan salah mengerti tentang penyakitnya.

    Rasional: memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan

2. Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan

    konsepsi/informasi.

    Rasional: Klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu dapat mereka perbuat,

    kebanyakan klien merasakan manfaat.

3. Peragakan penerapan terapi seperti, kompres basah, obat topikal.

    Rasional: memungkinkan klien memperoleh cara yang tepat untuk melakukan

    terapi.

4. Nasihati klien agar kulit teap lembab dan fleksibel dengan tindakan hidrasi dan

    pengolesan krim serta losion kulit.

    Rasional: stratum korneum memerlukan air agar tetap fleksibel. Pengolesan

    krim/lotion akan melembabkan kulit dan mencegah kulit tidak kering, kasar, retak

    dan bersisik.

5. Dorong klien untuk mendapatkan nutrisi yang sehat.

    Rasional:  penampakan kulit mencerminkan kesehatan umum seseorang,

    perubahan pada kulit menandakan status nutrisi yang abnormal.

 

Kriteria Keberhasilan Implementasi

1. Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.

2. Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.

3  Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.

4. Menggunakan obat topikal dengan tepat.

5. Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.

 

Mencegah Infeksi

1. Miliki indeks kecurigaan yang tinggi terhadap suatu infeksi pada klien yang sistem

    kekebalannya terganggu.

    Rasional:  setiap keadaan yg mengganggu imun akan memperbesar risiko infeksi

    kulit.

2. Berikan petunjuk yang jelas dan rinci kepada klien mengenai program terapi.

    Rasional: Pendidikan klien yang efektif bergantung pada keterampilan

    interpesonal profesional kesehatan dan  pada pemberian instruksi yang jelas.

3. Laksanakan kompres basah sesuai program untuk mengurangi intensitas inflamasi.

    Rasional: vasokonstriksi pembuluh darah kulit dapat mengurangi eritema dan

    membantu debridemen  vesikel dan krusta serta mengendalikan inflamasi.

4. Sediakan terapi rendaman sesuai program.

    Rasional: melepas eksudat dan krusta.

5. Berikan antibiotik sesuai order.

    Rasional: membunuh dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme.

6. Gunakan obat topikal yang mengandung kortikosteroid sesuai order.

    Rasional: memiliki kerja antiinflamasi, sehingga mampu menimbulkan

    vasokonstriksi pd pembuluh darah kecil dalam dermis lapisan atas.

7. Nasihati klien untuk menghentikan pemakaian setiap obat kulit yang

    memperburuk masalah.

    Rasional:  dermatitis kontan atau reaksi alergi dapat terjadi akibat setiap unsur

    yang ada dalam obat tersebut.

 

Kriteria Keberhasilan Implementasi

1. Tetap bebas dari infeksi.

2. Mengungkapkan tindakan perawatan kulit yang meningkatkan kebersihan dan

    mencegah kerusakan kulit.

3. Mengidentifkasi tanda dan gejala infeksi.

4. Mengidentifikasi efek kerugian obat

5. Berpartisipasi dalam tindakan perawatan kulti: ganti balutan, mandi.

 

]* Dihimpun dari beberapa sumber