My Family

My Family
Palembang, Mei 2013

Kamis, 30 Oktober 2008

Perawatan Kusta

Ns. Lukman, SKep,MM
 

Pengertian

Kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium Leprae, yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya menyerang kulit, mukosa mulut, saluran napas bagian atas, sistem muskulo retikulo endotelia, mata, otot, tulang, dan testis (Djuanda, dkk.1997).

 

Etiologi

Mycobacterium Leprae atau basil Hansen, ditemukan oleh GH. Armauer Hansen (Norwegia) tahun 1987. Mycobacterium leprae bersifat tahan asam, bentuk batang, ukuran p=1-2 mikron, l=0.2-0.5 mikron. Hidup dalam jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat dikultur dalam media buatan

 

Patogenesis

Cara masuk belum pasti, namun beberapa penelitian memperlihatkan bahwa yang sering melalui kulit yang lecet dan  mukosa nasal. Pengaruh terhadap kulit bergantung pada faktor imunitas seseorang, kemampuan hiidup pada suhu rendah, waktu regenerasi lama, sifat basal yang avirulen dan nontoksis. Mycobacterium merupakan parasit obligat intraseluler, terutama pada makrofag disekitar pembuluh darah superfisial pada dermis atau sel schwan di jaringan saraf. Basil masuk ke tubuh, tubuh bereaksi mengeluarkan makrofag (berasal dari sel monosit darah, sel mononuklear, histiosit). Pada tipe LL menyebabkan kelumpuhan sistem imunitas akibatnya makrofag tidak dapat menghancurkan basil. Pada tipe TT, fungsi imunitas masih tinggi dan makrofag mampu menghancurkan basil. Sel Schwan meruapakan sel target untuk pertumbuhan M.Leprae, berfungsi sebagai demielinisasi dan sedikit fungsinya sebagai fagositosis. Gangguan imunitas tubuh dalam sel schwan, basil bermigrasi dan beraktivasi, akibatnya regenerasi sel saraf berkurang dan terjadi kerusakan saraf yang progresif

 

Klasifikasi

Klasifikasi bertujuan menentukan regimen therapi, prognosis dan komplikasi, serta perencanaan operasional. Klasifikasi dibagi menurut Internasional (Madrid, 1953), Ridley-Jopling (1992), dan WHO (1981) dan modifikasi (1988).

 

Internasional  (Madrid 1953)

-         Indeterminate

-         Tuberkuloid

-         Boderline

-         Lepromatosa

 

Ridley-Jopling(1992)

-         Tuberkuloid – tuberkuloid (TT)

-         Boderline – Tuberkuloid (BT)

-         Boderline – Boderline (BB)

-         Boderline – Lepromatosa (BL)

-         Lepromatosa – Lepromatosa (LL)

 

WHO(1981)  dan modifikasi (1988)

Paucibasiler (PB); termasuk TT, BT, I, T, dengan BTA (-)

 

Multibasiler (MB); termasuk BB, BL, LL, B, L, dengan BTA (+)

 

Perbedaan Tipe PB dan MB

Tipe Paucibasiler (PB)

1. Lesi Kulit (makula datar, papula yg meninggi, nodus)

 Satu sampai lima lesi, hipopigmentasi/eritema, distribusi tidak simetris, dan hilang

 sensasi yang jelas.

2. Kerusakan Saraf; hanya satu cabang

 

 

Tipe Multibasiler (MB)

1. Lesi Kulit (makula datar, papula yg meninggi, nodus)

    Lesi lebih dari lima tempat, distribusi lebih simetris, dan hilang sensasi

2. Kerusakan Saraf; banyak cabang

 

Saraf Tepi Terkena dan Kelainannya

1.      N. Fasialis; lagoptalmus, mulut mencong

2.      N.Trigeminus; anestesi kornea

3.      N.Aurikularis magnus; cuping telinga menebal (megalobule)

4.      N.Radialis; tangan lunglai (drop wrist)

5.      N.Ulnaris; anestesi dan parese/paralisis otot jari V dan sebagian jari IV

6.      N.Medianus; anestesi, parese/paralisis otot jari tangan I,II,III, sbgian IV, jari kiting (claw toes), tangan cakar (claw hand)

7.      N.Proneus komunis; kaki semper (drop foot)

8.      N.Tibialis posterior; anestesi telapak kaki, claw toes

 

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan pada penemuan gejala utama (Cardinal Sign) usta, yaitu :

1.      Kulit dg bercak putih/kemerahan dg mati rasa

2.      Penebalan saraf tepi disertai kelainan fungsinya berupa mati rasa & kelemahan pada otot tangan, kaki dan mata

3.      Apusan kulit BTA positif.

 

Pemeriksaan Fisik

1.      Anamnesis

2.      Inspeksi

3.      Palpasi

- Kelainan kulit, nodus, ulkus,dan sebagainya.

- Kelainan saraf; bandingkan kanan - kiri, membesar atau tidak, bentuk oval/bulat, pembesaran reguler/ireguler, perabaan kenyal/keras, nyeri atau tidak.

 

Tes Fungsi Saraf

Gunakan kapas, jarum, tabung hangat dan dingin.

        Tes Sensoris :

- Raba "dengan kapas"; rasa nyeri " dengan jarum"; rasa suhu " dengan tabung  40oC/20oC.

            - Tes Anhidrosis (gangguan berkeringat pada makula).

   Tes Gunawan(dengan pensil tinta); pensil tinta digariskan dari kulit normal melewati makula yg diduga hingga kulit normal.

   Tes Histamin; daerah kulit pada makula dan perbatasannya disuntik dengan histamin SC: tampak kulit normal berkeringat, sebaliknya anhidrosis tidak berkeringat

        Tes motoris:  Voluntary Muscle Test

 

Pemeriksaan  Bakteriologis

        Bakteriologis Indeks (BI), dan Morfologis Indeks (MI)

        Tempat sering diambil: cuping telinga, lengan, punggung, bokong, dan paha (minimun tiga tempat: cuping telinga kiri, cuping telinga kanan, bercak paling aktif).

 

 

Pengobatan Kusta

Pengobatan kusat dikenal dengan pengobatan MDT (multi drug therapi), yang terbagi menjadi MDT Tipe-PB dan MDT Tipe-MB.

 

Multi Drug Therapi –tipe PB

 

Obat

Dewasa

Anak

BB < 35 kg

BB > 35 kg

10-14Tahun

Rifampisin

 

 

Dapson

(Swakelola)

450mg/bln

(diawasi)

 

50 mg/hr

1-2mg/kgBB/hr

 

600mg/bln

 

 

100 mg/hr

450mg/bln

(12-15mg/kgBB

 

50 mg/hr

1-2mg/kgBB/hr

 

Multi Drug Therapi –tipeMB

 

Obat

Dewasa

Anak

BB < 35 kg

BB > 35 kg

10-14Tahun

Rifampisin

 

 

Klofasimin

 

 

 

 

Dapson

(Swakelola)

450mg/bln

(diawasi)

 

300mg/bln,

Teruskan

50mg/hr

 

 

50 mg/hr

1-2mg/kgBB/hr

600mg/bln

 

 

300mg/bln

Teruskan

50mg/hr

 

 

100 mg/hr

450mg/bln

(12-15mg/kgBB

 

200mg/bln

teruskan

50mg selang sehari

 

50 mg/hr

1-2mg/kgBB/hr

 

Reaksi

Reaksi kusta adalah suatu reaksi eksaserbasi akut (mendadak menjadi parah) yang terjadi dari penyakit itu sendiri. Penyebab reaksi belum diketahui, kemungkinan menggambarkan reaksi hipersensitivitas akut terhadap antigen basil, sehingga terjadi gangguan keseimbangan imunitas.

 

Faktor Pencetus Reaksi

*      Setelah pengobatan antikusta yang intensif.

*      Infeksi rekuren.

*      Pembedahan.

*      Stress fisik.

*      Imunisasi.

*      Kehamilan.

*      Post partum awal.

 

Tipe Reaksi Kusta

1.      Reaksi Tipe I (Reversal); hipersensitivitas seluler.

Bercak pada kulit mendadak menjadi lebih merah, bengkak, panas, dan sakit, kemudian timbul bercak baru.

2.      Reaksi Tipe II (ENL, eritema nodusum leprosum); hipersensitivitas humoral;

Timbul nodul-nodul berwarna merah, sakit, biasanya pada lengan dan kaki

 

Penanganan Reaksi

1.      Mengatasi neuritis untuk mencegah agar tidak berlanjut menjadi paralisis atau kontraktur.

2.      Secepatnya dilakukan tindakan untuk mencegah kebutaan bila mengenai mata.

3.      Membunuh kuman.

4.      Mengatasi nyeri.

 

Derajat Cacat Kusta (WHO, 1988)

1.   Cacat pada tangan dan kaki

Tingkat O : anestesi T,  kelainan anatomis T

Tingkat 1  : anestesi R,kelainan anatomis T

Tingkat 2  : kelainan anatomis R

 

2.   Cacat pd mata

Tingkat O : kelainan mata/visus T

Tingkat 1  : kelainan mata R tapi tidak terlihat, visus berkurang.

Tingkat 2 : lagoptalmus R, visus 6/60 (hitung jari jarak 6 meter.

 

Pencegahan Primer Cacat Kusta

1.      Diagnosa dini

2.      Terapi teratur & adekuat

3.      Penatalaksanaan neuritis, termasuk silent neuritis

4.      Penanganan reaksi

 

Pencegahan Sekunder Cacat  Kusta

1.      Perawatan diri sendiri untuk mencegah luka.

2.      Latihan fisioterapi.

3.      Bedah rekonstruksi.

4.      Bedah septik untuk mengurangi perluasan infeksi.

5.      Perawatan mata, tangan, kaki yang anestesi/lumpuh.

 

Perawatan Mata

*      Berkedip sec sadar dan aktif.

*      Dg bantuan tangan yang bersih tutup mata dg teratur dan periodic.

*      Basuhlah bola mata dengan air, agar tidak kering.

*      Lindungi bola mata dari terpaan angin, debu, sinar matahari.

*      Waktu tidur tutup mata dengan kain bersih.

 

Perawatan Tangan

*      Latihan aktif, bila kelemahan otot R

*      Latihan pasif, bila kekuatan otot T

*      Pertahankan ROM

*      Bila insentive hand R : rendam di air bersih 30', minyaki agar tetap lembab,haluskan bagian kulit yang keras dan tajam, hindari benda-benda tajam dan panas.

 

Perawatan Kaki

*      Rendam dalam air 30'

*      Minyaki telapak kaki

*      Haluskan kulit yg keras & tajam

*      Memakai alas kaki lunak

*      Alat bantu jalan bila diperlukan

*      Bila ulkus R rawat luka setiap hari

 

Relaps

Adalah kembalinya penyakit secara aktif pd penderita yg sesungguhnya telah menyelesaikan pengobatan & pengobatannya sudah dihentikan

 

Manifestasi Relaps Tipe-PB

*      Terjadi pd kulit & saraf tipe asalnya sama

*      Secara klinis & imunologis lebih jelek dr tipe asalnya, mis. tipe BT akan relaps dengan ciri-ciri tipe BB/LL

*      Manifestasi dpt lebih baik, mis. tipe asal BT dpt relaps TT

 

Manifestasi Relaps Tipe-MB

*      Dapat dalam bentuk asalnya.

*      Dpt lebih jelek : mis. BB/BL relaps LL

*      Dpt lebih baik, mis: LL relaps BB, BL

*      Lesi histoid; akibat resitens obat DDS

 

 

Jumat, 24 Oktober 2008

Anatomi Fisiologi Persarafan

Ns. Lukman, SKep,MM
 

Struktur dan Fungsi

Sistem persarafan terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron dan jaringan penunjang yang disebut neuroglia . Tersusun membentuk sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi (SST). SSP terdiri atas otak dan medula spinalis sedangkan sistem saraf tepi merupakan susunan saraf diluar SSP yang membawa pesan ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem persarafan berfungsi dalam mempertahankan kelangsungan hidup melalui berbagai mekanisme sehingga tubuh tetap mencapai keseimbangan. Stimulasi yang diterima oleh tubuh baik yang bersumber dari lingkungan internal maupun eksternal menyebabkan berbagai perubahan dan menuntut tubuh dapat  mengadaptasi sehingga tubuh tetap seimbang. Upaya tubuh dalam mengadaptasi perubahan berlangsung melalui kegiatan saraf yang dikenal  sebagai kegiatan refleks. Bila tubuh tidak mampu mengadaptasinya maka akan terjadi kondisi yang  tidak seimbang atau sakit.

 

 

Stimulasi dapat Menghasilkan Suatu Aktifitas

Stimulasi diterima oleh  reseptor sistem saraf  yang selanjutnya akan dihantarkan oleh sistem saraf  tepi dalam bentuk impuls listrik ke sistem saraf pusat. Bagian sistem saraf tepi yang menerima rangsangan disebut reseptor, dan diteruskan menuju sistem saraf pusat oleh sistem saraf sensoris. Pada sistem saraf pusat impuls diolah dan diinterpretasi untuk kemudian jawaban   atau respon diteruskan kembali melalui sistem saraf tepi menuju efektor yang berfungsi sebagai pencetus jawaban akhir. Sistem saraf yang membawa jawaban atau respon adalah sistem saraf motorik. Bagian sistem saraf tepi yang mencetuskan jawaban disebut efektor. Jawaban yang terjadi dapat berupa jawaban yang dipengaruhi oleh kemauan (volunter) dan jawaban yang tidak dipengaruhi oleh kemauan (involunter). Jawaban volunter melibatkan sistem saraf somatis sedangkan yang involunter melibatkan sistem saraf otonom. Efektor dari sitem saraf somatik adalah otot rangka sedangkan untuk sistem saraf otonom, efektornya adalah otot polos, otot jantung dan kelenjar sebasea.

 

Fungsi Saraf

1.      Menerima informasi (rangsangan) dari dalam maupun dari luar tubuh melalui saraf sensori . Saraf sensori disebut juga Afferent Sensory Pathway.

2.      Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat.

3.      Mengolah informasi yang diterima baik ditingkat medula spinalis maupun di otak untuk selanjutnya menentukan jawaban  atau respon.

4.      Mengantarkan jawaban secara cepat melalui saraf motorik ke organ-organ tubuh sebagai kontrol atau modifikasi dari tindakan. Saraf motorik disebut juga Efferent Motorik Pathway.

 

Sel Saraf (Neuron)

Merupakan sel tubuh yang berfungsi mencetuskan dan menghantarkan impuls listrik. Neuron merupakan unit dasar dan fungsional sistem saraf yang mempunyai sifat exitability artinya siap memberi respon saat terstimulasi. Satu sel saraf mempunyai badan sel  disebut soma yang mempunyai satu atau lebih tonjolan disebut dendrit. Tonjolan-tonjolan ini keluar dari sitoplasma sel saraf. Satu dari dua ekspansi yang sangat panjang disebut akson. Serat saraf adalah akson dari satu neuron. Dendrit dan badan sel saraf berfungsi sebagai pencetus impuls sedangkan akson berfungsi sebagai pembawa impuls. Sel-sel saraf membentuk mata rantai yang panjang dari perifer ke pusat dan sebaliknya, dengan demikian impuls dihantarkan secara berantai dari satu neuron ke neuron lainnya. Tempat dimana terjadi kontak antara satu neuron ke neuron lainnya disebut sinaps. Pengahantaran impuls dari satu neuron ke neuron lainnya berlangsung dengan perantaran zat kimia yang disebut neurotransmitter

 

 

Jaringan Penunjang

Jaringan penunjang saraf terdiri atas neuroglia. Neuroglia adalah sel-sel penyokong untuk neuron-neuron SSP, merupakan 40% dari volume otak dan medulla spinalis. Jumlahnya lebih banyak dari sel-sel neuron dengan perbandingan sekitar 10 berbanding satu. Ada empat jenis sel neuroglia  yaitu: mikroglia, epindima, astrogalia, dan oligodendroglia

 

Mikroglia

Mempunyai sifat fagositosis, bila jaringan saraf rusak maka sel-sel ini bertugas untuk mencerna atau menghancurkan  sisa-sisa jaringan yang rusak. Jenis ini ditemukan diseluruh susunan saraf pusat dan di anggap berperan penting dalam proses melawan infeksi. Sel-sel ini mempunyai sifat yang mirip dengan sel histiosit yang ditemukan dalam jaringan penyambung perifer dan dianggap sebagai sel-sel yang termasuk dalam sistem retikulo endotelial sel.

 

Epindima

Berperan dalam produksi cairan cerebrospinal. Merupakan neuroglia yang membatasi sistem ventrikel susunan saraf pusat. Sel ini  merupakan epitel dari pleksus choroideus ventrikel otak.

 

Astroglia

Berfungsi sebagai penyedia nutrisi esensial yang diperlukan oleh neuron dan membantu neuron mempertahankan potensial bioelektris yang sesuai untuk konduksi dan transmisi sinaptik. Astroglia mempunyai bentuk seperti bintang dengan banyak tonjolan. Astrosit berakhir pada pembuluh darah sebagai kaki I perivaskuler dan menghubungkannya dalam sistem transpot cepat metabolik. Kalau ada neuron-neuron yang mati akibat cidera, maka astrosit akan berproliferasi dan mengisi ruang yang sebelumnya dihuni oleh badan sel saraf dan tonjolan-tonjolannya. Kalau jaringan SSP mengalami kerusakan yang berat maka akan terbentuk suatu rongga yang dibatasi oleh astrosit

 

Oligodendroglia

Merupakan sel yang bertanggungjawab menghasilkan myelin dalam SSP. Setiap oligodendroglia mengelilingi beberapa neuron, membran plasmanya membungkus tonjolan neuron sehingga terbentuk lapisan myelin. Myelin merupakan suatu komplek putih lipoprotein yang merupakan insulasi sepanjang tonjolan saraf. Myelin menghalangi aliran ion kalium dan natrium melintasi membran neuronal .

 

Sistem Saraf Pusat

Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan medula spinalis. SSP dibungkus oleh selaput meningen yang berfungsi untuk melindungi otak dan medula spinalis dari benturan atau trauma. Meningen terdiri atas tiga lapisan yaitu durameter, arachnoid dan piamater.

 

Rongga Epidural

Berada diantara tulang tengkorak dan durameter. Rongga ini berisi pembuluh darah dan jaringan lemak yang berfungsi sebagai bantalan. Bila cidera mencapai lokasi ini akan menyebabkan perdarahan yang hebat oleh karena pada lokasi ini banyak pembuluh darah sehingga mengakibatkan perdarahan  epidural

 

Rongga Subdural

Berada diantara durameter dan arachnoid, rongga ini berisi  berisi cairan serosa.

 

Rongga Sub Arachnoid

Terdapat diantara arachnoid dan piameter. Berisi cairan cerebrospinalis yang salah satu fungsinya adalah menyerap guncangan atau shock absorber. Cedera yang berat disertai perdarahan dan memasuki ruang sub arachnoid  yang akan menambah volume CSF  sehingga dapat menyebabkan kematian sebagai akibat peningkatan tekanan intra kranial (TIK).

 

Otak

Otak, terdiri dari otak besar yang disebut cerebrum, otak kecil disebut cerebellum dan batang otak  disebut brainstem. Beberapa karateristik khas Otak orang dewasa yaitu mempunyai berat lebih kurang 2% dari berat badan dan mendapat sirkulasi darah  sebenyak 20% dari cardiac out put serta membutuhkan kalori sebesar 400 Kkal setiap hari. Otak merupakan jaringan yang paling banyak menggunakan energi yang didukung oleh metabolisme oksidasi glukosa. Kebutuhan oksigen dan glukosa otak relatif konstan, hal ini disebabkan oleh metabolisme otak yang merupakan proses yang terus menerus tanpa periode istirahat yang berarti. Bila kadar oksigen dan glukosa kurang dalam jaringan otak maka metabolisme menjadi terganggu dan jaringan saraf akan mengalami kerusakan. Secara struktural, cerebrum terbagi menjadi bagian korteks yang disebut korteks cerebri dan sub korteks yang disebut struktur subkortikal. Korteks cerebri terdiri atas korteks sensorik yang berfungsi untuk mengenal ,interpretasi impuls sensosrik yang diterima sehingga individu merasakan, menyadari adanya suatu sensasi rasa/indra tertentu. Korteks sensorik juga menyimpan sangat  banyak data memori sebagai hasil rangsang sensorik selama manusia hidup. Korteks motorik  berfungsi untuk memberi jawaban atas rangsangan yang diterimanya.

 

Struktur sub kortikal

a.   Basal ganglia; melaksanakan fungsi motorik dengan merinci dan mengkoordinasi gerakan dasar, gerakan halus  atau gerakan trampil dan sikap tubuh.

b.   Talamus; merupakan pusat rangsang nyeri

c.   Hipotalamus; pusat tertinggi integrasi dan koordinasi sistem saraf otonom dan terlibat dalam pengolahan perilaku insting  seperti makan, minum, seks dan motivasi

d.   Hipofise

      Bersama dengan hipothalamus mengatur kegiatan sebagian besar kelenjar endokrin 

      dalam sintesa dan pelepasan hormon.

 

Cerebrum 

Terdiri dari dua belahan yang disebut hemispherium cerebri dan keduanya dipisahkan oleh fisura longitudinalis. Hemisperium cerebri  terbagi menjadi hemisper kanan dan kiri. Hemisper kanan dan kiri ini dihubungkan oleh bangunan yang disebut corpus callosum. Hemisper cerebri dibagi menjadi lobus-lobus yang diberi nama sesuai dengan tulang diatasnya, yaitu:

1.      Lobus frontalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang frontalis

2.      Lobus parietalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang parietalis

3.      Lobus occipitalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang occipitalis

4.      Lobus temporalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang temporalis

 

Cerebelum  (Otak Kecil)

Terletak di bagian belakang kranium menempati fosa cerebri posterior di bawah lapisan durameter Tentorium Cerebelli. Di bagian depannya terdapat batang otak. Berat cerebellum sekitar 150 gr atau 8-8% dari berat batang otak seluruhnya. Cerebellum dapat dibagi menjadi hemisper cerebelli kanan dan kiri yang dipisahkan oleh vermis. Fungsi cerebellum pada umumnya adalah mengkoordinasikan gerakan-gerakan otot sehingga gerakan dapat terlaksana dengan sempurna.

 

Batang Otak  atau Brainstern

Terdiri atas diencephalon, mid brain, pons dan medula oblongata. Merupakan tempat berbagai macam pusat vital seperti pusat pernafasan, pusat vasomotor, pusat pengatur kegiatan jantung dan pusat muntah, bersin dan batuk.

 

Komponen Saraf  Kranial

a.  Komponen sensorik somatik : N I, N II, N VIII

b.  Komponen motorik omatik : N III, N IV, N VI, N XI, N XII

c.  Komponen campuran sensorik somatik dan motorik somatik : N V, N VII, N IX, N X

d.  Komponen motorik viseral

Eferen viseral merupakan  otonom mencakup  N III, N VII, N IX, N X. Komponen eferen viseral yang 'ikut' dengan beberapa saraf kranial ini, dalam  sistem saraf otonom tergolong pada divisi parasimpatis kranial.

 

 

1.  N. Olfactorius

Saraf ini berfungsi sebagai saraf sensasi penghidu, yang terletak dibagian atas dari mukosa hidung di sebelah atas dari concha nasalis superior.

2.  N. Optikus

Saraf ini penting untuk fungsi penglihatan dan merupakan saraf eferen sensori khusus. Pada dasarnya saraf ini merupakan penonjolan dari otak ke perifer.

3.  N. Oculomotorius

Saraf ini mempunyai nucleus yang terdapat pada mesensephalon. Saraf ini berfungsi sebagai saraf untuk mengangkat bola mata

4.  N.  Trochlearis

Pusat saraf ini terdapat pada mesencephlaon. Saraf ini mensarafi muskulus oblique yang berfungsi memutar bola mata

5.   N. Trigeminus

Saraf ini terdiri dari tiga buah saraf yaitu saraf optalmikus, saraf maxilaris dan  saraf mandibularis yang merupakan gabungan saraf sensoris dan motoris. Ketiga saraf ini mengurus sensasi umum pada wajah dan sebagian kepala, bagian dalam hidung, mulut, gigi dan meningen.

6.   N. Abducens

Berpusat di pons bagian bawah. Saraf ini menpersarafi muskulus rectus lateralis. Kerusakan saraf ini dapat menyebabkan bola mata dapat digerakan ke lateral dan sikap bola mata tertarik ke medial seperti pada Strabismus konvergen.

7.   N. Facialias

Saraf ini merupakan gabungan saraf aferen dan eferen. Saraf aferen  berfungsi untuk sensasi umum dan pengecapan sedangkan saraf eferent untuk otot wajah.

8.   N. Statoacusticus

Saraf ini terdiri dari komponen saraf  pendengaran dan saraf  keseimbangan

9.   N. Glossopharyngeus

Saraf ini mempersarafi lidah dan pharing. Saraf ini mengandung serabut sensori khusus. Komponen motoris saraf ini mengurus otot-otot pharing untuk menghasilkan gerakan menelan. Serabut sensori khusus mengurus pengecapan di lidah. Disamping itu juga mengandung serabut sensasi umum di bagian belakang lidah, pharing, tuba, eustachius dan telinga tengah.

10  N. Vagus

Saraf ini terdiri dari tiga komponen: a) komponen motoris yang mempersarafi otot-otot pharing yang  menggerakkan pita suara, b) komponen sensori yang mempersarafi bagian bawah pharing, c) komponen saraf parasimpatis yang mempersarafi sebagian alat-alat dalam tubuh.

11. N. Accesorius

Merupakan komponen saraf kranial yang berpusat pada nucleus ambigus dan komponen spinal yang dari nucleus motoris segmen C 1-2-3. Saraf ini mempersarafi muskulus Trapezius dan Sternocieidomastoideus.

12. Hypoglosus

Saraf ini merupakan saraf eferen atau motoris yang mempersarafi otot-otot lidah. Nukleusnya terletak pada medulla di dasar ventrikularis IV dan menonjol sebagian pada trigonum hypoglosi.

 

Medula Spinalis

Medula spinalis merupakan perpanjangan medula oblongata ke arah kaudal di dalam kanalis vertebralis mulai setinggi cornu vertebralis cervicalis I memanjang hingga setinggi cornu vertebralis lumbalis I - II. Terdiri dari 31 segmen yang setiap segmennya terdiri dari satu pasang saraf spinal. Dari medula spinalis bagian cervical keluar 8 pasang , dari bagian thorakal 12 pasang, dari bagian lumbal 5 pasang dan dari bagian sakral 5 pasang serta dari coxigeus keluar 1 pasang saraf spinalis. Seperti halnya otak, medula spinalispun terbungkus oleh selaput  meninges yang berfungsi melindungi saraf spinal dari benturan atau cedera.

 

Gambaran penampang medula spinalis memperlihatkan bagian-bagian substansia grissea dan substansia alba. Substansia grisea ini mengelilingi canalis centralis sehingga membentuk columna dorsalis, columna lateralis dan columna ventralis. Massa grisea dikelilingi oleh substansia alba atau badan putih yang mengandung serabut-serabut saraf yang diselubungi oleh myelin. Substansi alba berisi berkas-berkas saraf yang membawa impuls sensorik dari SST menuju SSP dan impuls motorik dari SSP menuju SST. Substansia grisea berfungsi sebagai pusat koordinasi refleks yang berpusat di medula spinalis.Disepanjang medulla spinalis terdapat jaras saraf yang berjalan dari medula spinalis menuju otak yang disebut sebagai jaras acenden dan dari otak menuju medula spinalis yang disebut sebagai jaras desenden. Subsatansia alba berisi berkas-berkas saraf yang berfungsi membawa impuls sensorik dari sistem tepi saraf tepi ke otak dan impuls motorik dari otak ke saraf tepi. Substansia grisea berfungsi sebagai pusat koordinasi refleks yang berpusat dimeudla spinalis.

 

Refleks-refleks yang berpusat di sistem saraf puast yang bukan medula spinalis, pusat koordinasinya tidak di substansia grisea medula spinalis. Pada umumnya penghantaran impuls sensorik di substansia alba medula spinalis berjalan menyilang garis tenga. ImPuls sensorik dari tubuh sisi kiri akan dihantarkan ke otak sisi kanan dan sebaliknya. Demikian juga dengan impuls motorik. Seluruh impuls motorik dari otak yang dihantarkan ke saraf tepi melalui medula spinalis akan menyilang.

 

Upper Motor Neuron (UMN) adalah  neuron-neuron motorik yang berasal dari korteks motorik serebri atau batang otak yang seluruhnya (dengan serat saraf-sarafnya ada di dalam sistem saraf pusat. Lower motor neuron (LMN) adalah neuron-neuron motorik yang berasal dari sistem saraf pusat tetapi serat-serat sarafnya keluar dari sistem saraf pusat dan membentuk sistem saraf tepi dan berakhir di otot rangka. Gangguan fungsi UMN maupun LMN menyebabkan kelumpuhan otot rangka, tetapi sifat kelumpuhan UMN berbeda dengan sifat kelumpuhan UMN. Kerusakan LMN menimbulkan kelumpuhan otot yang 'lemas', ketegangan otot (tonus) rendah dan sukar untuk merangsang refleks otot rangka (hiporefleksia). Pada kerusakan UMN, otot lumpuh (paralisa/paresa) dan kaku (rigid), ketegangan otot tinggi (hipertonus) dan mudah ditimbulkan refleks otot rangka (hiperrefleksia). Berkas UMN bagian medial, dibatang otak akan saling menyilang. Sedangkan UMN bagian Internal tetap berjalan pada sisi yang sama sampai berkas lateral ini tiba di medula spinalis. Di segmen medula spinalis tempat berkas bersinap dengan neuron LMN. Berkas tersebut akan menyilang. Dengan demikian seluruh impuls motorik otot rangka akan menyilang, sehingga kerusakan UMN diatas batang otak akan menimbulkan kelumpuhan pada otot-otot sisi yang berlawanan.

 

Salah satu fungsi medula spinalis sebagai sistem saraf pusat adalah sebagai pusat refleks. Fungsi tersebut diselenggarakan oleh substansia grisea medula spinalis. Refleks adalah jawaban individu terhadap rangsang, melindungi tubuh terhadap pelbagai perubahan yang terjadi baik dilingkungan internal maupun di lingkungan eksternal. Kegiatan refleks  terjadi melalui suatu jalur tertentu yang disebut lengkung refleks

 

Fungsi medula spinalis

1.      Pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu dikornu motorik atau kornu ventralis.

2.      Mengurus kegiatan refleks spinalis dan refleks tungkai

3.      Menghantarkan rangsangan koordinasi otot dan sendi menuju cerebellum

4.      Mengadakan komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh.

 

Lengkung refleks

o       Reseptor: penerima rangsang

o       Aferen: sel saraf yang mengantarkan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat (ke pusat refleks)

o       Pusat refleks : area di sistem saraf pusat (di medula spinalis: substansia grisea), tempat terjadinya sinap ((hubungan antara neuron dengan neuron dimana terjadi pemindahan /penerusan impuls)

o       Eferen: sel saraf yang membawa impuls dari pusat refleks ke sel efektor. Bila sel efektornya berupa otot, maka eferen disebut juga neuron motorik (sel saraf /penggerak)

o       Efektor: sel tubuh yang memberikan jawaban terakhir sebagai jawaban refleks. Dapat berupa sel otot (otot jantung, otot polos atau otot rangka), sel kelenjar.

 

Sistem Saraf Tepi

Kumpulan neuron diluar jaringan otak dan medula spinalis membentuk sistem saraf tepi (SST). Secara anatomik digolongkan ke dalam saraf-saraf otak sebanyak 12 pasang dan 31 pasang saraf spinal. Secara fungsional, SST  digolongkan ke dalam: a) saraf sensorik (aferen) somatik : membawa informasi dari kulit, otot rangka dan sendi, ke sistem saraf pusat, b) saraf motorik (eferen) somatik : membawa informasi dari sistem saraf pusat ke otot rangka, c) saraf sesnsorik (eferen) viseral : membawa informasi dari dinding visera ke sistem saraf pusat, d) saraf mototrik (eferen) viseral : membawa informasi dari sistem saraf pusat ke otot polos, otot jantung dan kelenjar. Saraf eferen viseral disebut juga sistem saraf otonom. Sistem saraf tepi terdiri atas saraf otak (s.kranial) dan saraf spinal.

 

Saraf Otak (s.kranial)

Bila saraf spinal membawa informasi impuls dari perifer ke medula spinalis dan membawa impuls motorik dari medula spinalis ke perifer, maka ke 12 pasang saraf kranial menghubungkan jaras-jaras tersebut  dengan batang otak. Saraf cranial sebagian merupakan saraf campuran artinya memiliki saraf sensorik dan saraf motorik

 

Saraf Spinal

Tiga puluh satu pasang saraf spinal keluar dari medula apinalis dan kemudian dari kolumna vertabalis melalui celah sempit antara ruas-ruas tulang vertebra. Celah tersebut dinamakan foramina intervertebrelia. Seluruh saraf spinal merupakan saraf campuran karena mengandung serat-serat eferen yang membawa impuls baik sensorik maupun motorik. Mendekati medula spinalis, serat-serat eferen memisahkan diri dari  serat –serat eferen. Serat eferen masuk ke medula spinalis membentuk akar belakang (radix dorsalis), sedangkan serat eferen keluar dari medula spinalis membentuk akar depan (radix ventralis). Setiap segmen medula spinalis memiliki sepasang saraf spinal, kanan dan kiri. Sehingga dengan demikian terdapat 8 pasang saraf spinal servikal, 12 pasang saraf spinal torakal, 5 pasang saraf spinal lumbal, 5 pasang saraf spinal sakral dan satu pasang saraf spinal koksigeal. Untuk kelangsungan fungsi integrasi, terdapat neuron-neuron penghubung disebut interneuron yang tersusun sangat bervariasi mulai dari yang sederhana satu interneuron sampai yang sangat  kompleks  banyak interneuron. Dalam menyelenggarakan fungsinya, tiap saraf spinal melayani suatu segmen tertentu pada kulit, yang disebut dermatom. Hal ini hanya untuk fungsi sensorik. Dengan demikian gangguan sensorik pada dermatom tertentu dapat memberikan gambaran  letak kerusakan.

 

Sistem Saraf Somatik

Dibedakan 2 berkas saraf  yaitu saraf eferen somatik dan eferen viseral. Saraf eferen somatik : membawa impuls motorik ke otot rangka yang menimbulkan gerakan volunter  yaitu gerakan yang dipengaruhi kehendak. Saraf eferen viseral : membawa impuls mototrik ke otot polos, otot jantung dan kelenjar yang menimbulkan gerakan/kegiatan involunter (tidak dipengaruhi kehendak). Saraf-saraf eferen viseral dengan ganglion tempat sinapnya dikenal dengan sistem saraf otonom yang keluar dari segmen medula spinalis torakal 1 – Lumbal 2 disebut sebagai divisi torako lumbal (simpatis). Serat eferen viseral terdiri dari eferen preganglion dan eferen postganglion. Ganglion sistem saraf simpatis membentuk mata rantai dekat kolumna vertebralis yaitu sepanjang sisiventrolateral kolumna vertabralis, dengan serat preganglion yang pendek dan serat post ganglion yang panjang. Ada tiga ganglion simpatis yang tidak tergabung dalam ganglion paravertebralis yaitu ganglion kolateral yang terdiri dari ganglion seliaka, ganglion mesenterikus superior dan ganglion mesenterikus inferior. Ganglion parasimpatis terletak relatif dekat kepada alat yang disarafinya bahkan ada yang terletak didalam organ yang dipersarafi.

 

Semua serat preganglion baik parasimpatis maupun simpatis serta semua serat postganglion parasimpatis, menghasilkan asetilkolin sebagai zat kimia perantara. Neuron yang menghasilkan asetilkolin sebagai zat kimia perantara dinamakan neuron kolinergik sedangkan neuron yang menghasilkan nor-adrenalin dinamakan neuron adrenergik. Sistem saraf parasimpatis dengan demikian dinamakan juga sistem saraf kolinergik, sistem saraf simpatis sebagian besar merupakan sistem saraf adrenergik dimana postganglionnya menghasilkan nor-adrenalin dan sebagian kecil berupa sistem saraf kolinergik  dimana  postganglionnya menghasilkan asetilkolin. Distribusi anatomik sistem saraf otonom ke alat-alat visera, memperlihatkan  bahwa terdapat keseimbangan pengaruh simpatis dan parasimpatis pada satu alat. Umumnya tiap alat visera dipersarafi oleh keduanya. Bila sistem simpatis yang sedang meningkat, maka pengaruh parasimpatis terhadap alat tersebut kurang tampak, dan sebaliknya. Dapat dikatakan pengaruh simpatis terhadap satu alat berlawanan dengan pengaruh parasimpatisnya. Misalnya peningkatan simpatis terhadap jantung mengakibatkan kerja jantung meningkat, sedangkan pengaruh parasimpatis menyebabkan kerja jantung menurun. Terhadap sistem pencernaan, simpatis mengurangi kegiatan, sedangkan parasimpatis meningkatkan kegiatan pencernaan. Atau dapat pula dikatakan, secara umum pengaruh parasimpatis adalah anabolik, sedangkan pengaruh simpatis adalah katabolik.

 

Sirkulasi Darah pada Sistem Saraf Pusat

Sirkulasi darah pada sistem saraf terbagi atas sirkulasi pada otak dan medula spinalis. Dalam keadaan fisiologik jumlah darah yang dikirim ke otak  sebagai blood flow cerebral adalah 20% cardiac out put atau 1100-1200 cc/menit untuk seluruh jaringan otak yang berat normalnya 2% dari berat badan orang dewasa. Untuk mendukung tercukupinya suplai oksigen, otak mendapat sirkulasi yang didukung oleh pembuluh darah besar.

 

Suplai Darah Otak

1.   Arteri Carotis Interna kanan dan kiri

        Arteri communicans posterior

Arteri ini menghubungkan arteri carotis interna dengan arteri  cerebri posterior

        Arteri choroidea anterior, yang nantinya membentuk plexus choroideus di dalam ventriculus lateralis

        Arteri cerebri anterrior

            Bagian ke frontal disebelah atas nervus opticus diantara belahan otak kiri dan  kanan. Ia kemudian akan menuju facies medialis lobus frontalis cortex cerebri. Daerah yang diperdarahi arteri ini adalah: a) facies medialis lobus frontalis cortex cerebro, b) facies medialis lobus parietalis, c) facies convexa lobus frontalis cortex cerebri, d) facies convexa lobus parietalis cortex cerebri, e) Arteri cerebri media

        Arteri cerebri media

2.   Arteri Vertebralis kanan dan kiri

 

 

Arteri Cerebri Media

Berjalan lateral melalui fossa sylvii dan kemudian bercabang-cabang untuk selanjutnya menuju daerah insula reili. Daerah yang disuplai darah oleh arteri ini adalah Facies convexa lobus frontalis coretx cerebri mulai dari fissura lateralis sampai kira-kira sulcus frontalis superior, facies convexa lobus parielatis cortex cerebri mulai dari fissura lateralis sampai kira-kira sulcus temporalis media dan facies lobus temporalis cortex cerebri pada ujung frontal.

 

Arteri Vertebralis kanan dan kiri

Arteri vertebralis dipercabangkan oleh arteri sub clavia. Arteri ini berjalan ke kranial melalui foramen transversus vertebrae ke enam sampai pertama kemudian membelok ke lateral masuk ke dalam foramen transversus magnum menuju cavum cranii. Arteri ini kemudian berjalan ventral dari medula oblongata dorsal dari olivus, caudal dari tepi caudal pons varolii. Arteri vertabralis kanan dan kiri akan bersatu menjadi arteri basilaris yang kemudian berjalan frontal untuk akhirnya bercabang menjadi dua yaitu arteri cerebri posterior kanan dan kiri. Daerah yang diperdarahi oleh arteri cerbri posterior ini adalah facies convexa lobus temporalis cortex cerebri mulai dari tepi bawah sampai setinggi sulcus temporalis media, facies convexa parietooccipitalis, facies medialis lobus occipitalis cotex cerebri dan lobus temporalis cortex cerebri. Anastomosis antara arteri-arteri cerebri berfungsi utnuk menjaga agar aliran darah ke jaringan otak tetap terjaga secara continue. Sistem carotis yang berasal dari arteri carotis interna dengan sistem vertebrobasilaris yang berasal dari arteri vertebralis, dihubungkan oleh circulus arteriosus willisi  membentuk Circle of willis yang terdapat pada bagian dasar otak. Selain itu terdapat anastomosis lain yaitu antara arteri cerebri media dengan arteri cerebri anterior, arteri cerebri media dengan arteri cerebri posterior.

 

                                              

Suplai Darah Medula Spinalis

Medula spinalis mendapat dua suplai darah dari dua sumber yaitu:          1)  arteri Spinalis anterior yang merupakan percabangan arteri vertebralis, 2) arteri Spinalis posterior, yang juga      merupakan percabangan arteri vertebralis.

 

Antara arteri spinalis tersebut diatas terdapat banyak anastomosis sehingga merupakan anyaman plexus yang mengelilingi medulla spinalis dan disebut vasocorona. Vena di dalam otak tidak berjalan bersama-sama arteri. Vena jaringan otak bermuara di jalan vena yang terdapat pada permukaan otak dan dasar otak. Dari anyaman plexus venosus yang terdapat di dalam spatum subarachnoid darah vena dialirkan kedalam sistem sinus venosus yang terdapat di dalam durameter diantara lapisan periostum dan selaput otak.

 

Cairan Cerebrospinalis  (CSF)

Cairan cerebrospinalis atau banyak orang terbiasa menyebutnya cairan otak merupakan bagian yang penting di dalam SSP yang salah satu fungsinya mempertahankan tekanan  konstan dalam kranium. Cairan ini  terbentuk di Pleksus chroideus ventrikel otak, namun bersirkulasi disepanjang rongga sub arachnoid dan ventrikel otak. Pada orang dewasa volumenya berkisar 125 cc, relatif konstan dalam produksi dan absorbsi. Absorbsi  terjadi disepanjang sub arachnoid oleh vili arachnoid. Ada empat buah rongga  yang saling berhubungan yang disebut ventrikulus cerebri  tempat pembentukan cairan ini yaitu: 1) ventrikulus lateralis , mengikuti hemisfer cerebri, 2) ventrikulus lateralis II, 3) ventrikulus tertius III dtengah-tengah otak, dan 4) ventrikulus quadratus IV, antara pons varolli dan medula oblongata.

 

Ventrikulus lateralis berhubungan dengan ventrikulus tertius melalui foramen monro. Ventrikulus tertius dengan ventrikulus quadratus melalui foramen aquaductus sylvii yang terdapat di dalam mesensephalon. Pada atap ventrukulus quadratus bagian tengah kanan dan kiri terdapat lubang yang disebut foramen Luscka dan bagian tengah terdapat lubang yang disebut foramen magendi. Sirkulasi cairan otak sangat penting dipahami karena bebagai kondisi patologis dapat terjadi akibat perubahan produksi dan sirkulasi cairan otak. Cairan otak yang dihasilkan oleh flexus ventrikulus lateralis kemudian masuk kedalam ventrikulus lateralis, dari ventrikulus lateralis kanan dan kiri cairan otak mengalir melalui foramen monroi ke dalam ventrikulus III dan melalui aquaductus sylvii masuk ke ventrikulus IV. Seterusnya melalui foramen luscka dan foramen megendie masuk kedalam spastium sub arachnoidea kemudian masuk ke lakuna venosa dan selanjutnya masuk kedalam aliran darah.

 

Fungsi Cairan Otak

1.      Sebagai bantalan otak agar terhindar dari benturan atau trauma pada kepala

2.      Mempertahankan tekanan cairan normal otak yaitu 10 – 20 mmHg

3.      Memperlancar metabolisme dan sirkulasi darah diotak.

 

Komposisi Cairan Otak

1.      Warna        : Jernih , disebut Xanthocrom

2.      Osmolaritas pada suhu 30 C           : 281 mOSM

3.      Keseimbangan asam basa

a.       PH                   : 7,31

b.      PCO2                          : 47,9 mmHg

c.       HCO3              : 22,9 mEq/lt

d.      Ca                    : 2,32mEq/lt

e.       Cl                     : 113 –127 mEq/lt

f.        Creatinin           : 0,4 –1,5 mg%

g.       Glukosa            : 54 – 80 mg%

h.       SGOT              : 0 - 19 unit

i.         LDH                : 8 – 50 unit

j.        Posfat  : 1,2 – 2,1 mg%

k.      Protein             : 20 –40 mg% pada cairan Lumbal

                                      15 25 mg% pada cairan Cisterna

                                       5 – 25 mg% pada cairan Ventrikuler

l.         Elektroporesis Protein LCS:

        Prealbumin                      : 4,6 %

        Albumin                                       : 49,5%

        Alpha 1 Globulin                          : 6,7%

        Alpha 2 Globulin                          : 8,7%

        Beta dan Lamda Globulin          : 18,5%

        Gamma Globulin                          : 8,2%               

         Kalium                                         : 2,33 – 4,59 mEq/lt

         Natrium                                        : 117 – 137 mEq/lt

         Urea                                             : 8 –28 mg%

         Asam urat                                     : 0,07 –2,8 mg%

         Sel                                               : 1 -  5 limposit/mm3